....Harapan Tak Boleh Mati...

...Ketika saya bertanya siapa saya...

Sabtu, 28 Agustus 2010

Biografi Prie GS


Prie GS mengawali kariernya sebagai wartawan di Harian Suara Merdeka Semarang. Tetapi seniman dan budayawan itulah sebutan yang kini melekat kepadanya. Ia pernah memperdalam piano dan gitar klasik. ‘’Musik bukan jalan hidup saya,’’ katanya. Hingga kini ia masih menjadi kartunis dan pernah pamaren di Tokyo Jepang atas undangan The Japan Foundation. ‘’Kartun menjadi rekreasi yang sehat untuk mental saya,’’ katanya. Di Jepang ia sempat berdiskusi satu meja dengan para komikus dan animator top negeri itu.
Menjadi pengamat itulah akhirnya keasyikan orang ini. ‘’Mengamati apa saja. Paling asyik adalah mengamati segenap kelucuan di Indonesia,’’ katanya. Pekerjaan yang kurang jelas itulah akhirnya yang memberi atribut budayawan kepadanya. ‘’Jadi kalau pekerjaan Anda tidak jelas, sebut saja sebagai budayawan,’’ tambahnya sambil tergelak.

Dengan atribut itulah, Prie GS bisa masuk ke segenap wilayah dengan gayanya sendiri. Ia bisa berceramah dengan gembira di depan anak-anak jalanan hingga tampil di hotel-hotel berbintang. Ia pernah diundang oleh FX Hadi Tjokrosusillo dan James Gwee untuk bicara di tengah sekitar pengusaha top Jakarta, diundang ke Mabes Angkatan Laut Cilangkap untuk memberi refleksi sosial di hadapan para jenderal dan para perwira Angkatan Laut. Berbagai institusi besar pernah disambanginya antara lain PT Indofood, PT Telkom, PT Coca-Cola, Indonesai Power, Bank Indonesia, PT PLN, PT Telkomsel, aneka bank, asuransi dll. Ia kini sibuk sebagai pembicara di seminar lintas tema mulai dari politik, kebudayaan, sosial hingga bisnis. ‘’Itulah kenapa saya disebut sebagai budayawan, Ngomong apa saja boleh!’’ katanya. Humor memang soal yang terpisahkan dari tokoh ini. Merenung sambil berhumor itulah yang mewarnai seluruh seminarnya.
Ia lebih suka menyebut kontribusinya itu sebagai refleksi. Refleksi Bersama Prie GS adalah talkshow-nya di SmartFM yang disiarkan di 11 kota di Indonesia setiap jumat malan pukul 119.00 WIB, sebuah talkshow yang oleh pendengarnya disebut sangat mengoda. Untuk itulah sebutan Penggoda Indonesia disematkan kepadanya. Di dalam refleksinya Prie GS bisa bicara apa saja secara mengejutkan untuk soal-soal yang sering banyak kita lupa. Karyanya, Sketsa Indonesia, menggemparkan dunia karikatur radio di Indonesia. Sebuah karya yang membuat hampir seluruh televisi di Indonesia meliriknya, tetapi hingga saat ini belum dilepasnya. ‘’Ia sangat radio. Biarlah ia cuma milik radio,’’ kata Prie GS. Kini ia menetap di kota yang amat dicintainya, Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar