....Harapan Tak Boleh Mati...

...Ketika saya bertanya siapa saya...

Sabtu, 03 April 2010

Dibawah Langit Blora


Pagi itu, lama sekali rasanya menunggu jam..3 jam lagi aku bisa keluar dari sel yang pengap ini.
Tak terasa 6 Tahun sudah akumendekam disini, dalam kurun waktu itu pula aku tak pernah bertemu lagi dengan istriku, maupun teman-temanku.
Menyedihkan memang, di setiap malam saat selesai shalat isya, sering aku menangis ingat anak dan istri yang sangat kurindukan.
Yaa, aku menikah 8 tahun lalu, dan dikaruniai seorang anak perempuan, bernama Nurul Azizah. Saat usianya menginjak bulan ke-4, terjadilah suatu peristiwa yang mungkin sangat tidak masuk akal, namun nyata, dan peristiwa itulah yang membawaku mendekam disini.

.... sore, menjelang magrib sepulang kerja, aku berjalan menuju rumah menyusuri sawah desa..Pemandangan yang asri cukup melepas lelahku. Di pesawahan itu terdapat satu gubuk dimana aku sering merebahkan diri sejenak untuk menikmati indahnya senja hari.
Di gubuk itu slalu ada Pak Kirman yg biasanya selalu menantiku untuk pulang bersama bila adzan magrib terdengar.
Pak Kirman adalah sebagian besar pemilik sawah di desaku, banyak warga yg bekerja menggarap sawahnya, ia terkenal baik ramah dan murah hati.

Namun pada hari itu tak seperti biasanya, ku lihat Pak Kirman sedang tertidur tengkurap..Tak ingin mengganggunya, aku duduk cuek saja sambil menikmati sebatang rokok kretek yang tersisa.
...Adzan telah berkumandang, aku pun membangunkan Pak Kirman dari tidurnya..

"Pak..Bangun Pak..Sudah Maghrib..Ayo pulang.."

Sambil menepuk bahunya, terasa kaku..

"Pak..Pak.."

Tidak ada jawaban...
Mungkn ia sangat lelah,,pikirku..
Sampai adzan telah selesai, Pak Kirman belum saja terbangun...
Aku mulai kebingungan, dengan paksaan hati, aku membalikkan posisi tidur Pak Kirman dari posisi semula yang tengkurap.
Setelah berhasil membalikkan posisi tidur Pak Kirman, kulihat wajahnya begitu puca,,tak terasa degup jantungnya,,tak terdengar dengus nafasnya..

Astagfirulllah...!!!
Pak Kirman...!!!
Innalillahi wainnaillaihi raji'un....
Aku kaget bukan kepalang..Tak menyangka Pak Kirman telah meninggal..Entah apa sebabnya..
Karna disekitar pesawahan tak yerlihat ada seorang pun, dengan terpaksa aku membopong jenazah kerumahnya..
Ketika sampai dijalanan desa, banyak para tetangga mengerumuniku sambil bertanya kenapa..kenapa..dan kenapa..
Dan aku hanya diam saja tak menghiraukan pertanyaan itu. Sesampainya dirumah Almarhum yang hanya ada istri dan kedua anaknya yg masih kecil-kecil, aku menyerahkan jenazah Pak Kirman pasa istrinya..
Spontan..Sang istri menangis tak karuan tak peduli dengan orang-orag sekitarnya..

Perlahan-lahan, aku menceritakan kejadian yg menimpa suminya itu dengan apa adanya. Namun, tak lama para Polisi pun datang,,sejenak menemui istri Almarhum..Tanpa alasan yang jelas, kedua tanganku langsung di bungkam dengan borgol dan diseret kekantor.
Terang, aku tak mengerti apa maksud ini semua..
Saat dimintai keterangan, aku menceritakan apa adanya kejadian sore itu pada para pemeriksa..
Rupanya, Istri Almarhum tidak mempercayai itu..Ia menuduhku,,bahwa akulah penyebab meninggalnya Pak Kirman.

Tanpa melewati proses apa-apa lagi, para polisi pemeriksa langsung menjeratku dengan pasal-pasal yang tidak pernah aku lakukan..Lalu, dengan pasal itu pula aku divonis 6 Tahun penjara.
Mendapati itu, diriku sangat terpukul..sangat..!!!
Bukan karena aku akan mendekam di penjara, melainkan terpukul karena sikap sang istri Almarhum yg sudah menuduhku..Padahal, hubungan sosial kemasyarakatan antara kami sangatlah baik..Hampir tak ada masalah.
Namun, hukuman itu telah menimpaku, tanpa daya aku harus menjalaninya...

Setelah 3 Hari ditahan, istriku Laila menjengukku, menangis ia melihat keadaanku..Sungguh aku sejuk hati bila menatap istriku..Ia memberiku semangat..Pencerahan agar aku tabah menjalani ini..ia menyarankanku agar slalu taat pada perintah sang Pencipta..Karena di Tangan-NYA lah keadilan kekal..

Sayang, waktu jenguk sel itu hanya 15 menit..
Istriku pamit pulang untuk mengurusi anak kita, Azizah..

3 bulan pertama, Istriku rajin menjenguk..Namun setelah itu sampai aku hendak bebas dari sel, tak ada kabar sama sekali dari istriku.

"Ya Allah..Aku merindukan mereka..Pertemukanlah kami Ya Allah"
Doaku, sesaat sebelum keluar dari sel....

..sipir datang, dan membuka gembok selku..
"Saudara hari ini bebas..Jangan di ulangi perbuatan bdohmu itu" Pesan sipir padaku..
"Terimakasih Pak"
Aku pamitpada rekan-rekan senasip yg masih mendekam disitu dan pamit pada sipir..Lalu sipir itu memberikanku uang untuk pulang kerumah..Tidak besar memang, tapi cukuplah..

Akhirnya, aku bisa melihat dunia kembali..senangnya aku..Tujuan utama jelas, menemui Istri dan anakku..karena memang tak ada tujuan lain...
Hampir 6 tahun tak bertemu,,seperti apa istriku sekarang,,tambah cantikkah,,atau sudah keriput..haha gelisekali membayangkan itu...
Lalu bagaimana dengan anakku Azizah..wah..Pasti cantik seperti Ibunya..haha..
Semakin dibayangkan..semakin rindu saja hati ini..Tak ada kesabaran lagi untuk segera berjumpa...
Sampai diterminal Kabupaten Blora, aku menaiki minibus yg menuju desaku..
Hemmmm..dasar terminal, slalu saja ada pengamen berkeliaran..tak peduli terik panas matahari, 3 orang pengamen masuk bus yg ku naiki..
Mereka memberikan kata sambutan, dan aku senyum-senyum saja..
Wah...Ternyata mereka menynyikan lagu "Terminal" karya Franky dan Iwan Fals..
Pas sekali rasanya..mereka cukup menghiburku, mengingat 6 tahun sudah aku tak lagi mendengar musik..

Lah...!!!
Berarti ini pengamen rupanya lagu pertama yang kudengarkan setelah 6 tahun...???
Wah...Wah..Kok gak sadar aku yak...Haha...

Walaupun aku sangat menikmati kerja mereka dengan cara bernyanyi, aku tak memberinya uang sepeserpun...
Takut kurang ongkosku...Hahaha...

Ah,,minibus ini terasa lamban sekali..tak sabar aku ingin segera jumpa..
"Aku ingin memeluk mereka.."
"Aku ingin melihat tawa mereka.."
Hati terus saja bergumam membayangkan Anak dan istriku..
Tak jelas membayangkan apa, yg penting sebentar lagi ku berjumpa...

Uuuhh...Akhirnya sampai juga..
Aku berjalan riang menyusuri pesawahan, panas yang terik, keringat ini menemaniku..
Sepi sekali, tak nampak ada warga yg bertani,,mungkin sedang pulang kerumah masing-masing untuk makan..
Aku melihat gubuk tempat terjadinya peristiwa itu,,hampir tak berbentuk..Sudah rusak tak karuan..Tak ada yang merawatnya mungkin..Karena sewaktu dulu pun, hanya Alm. pak Kirman yg mau merawat gubuk itu.



Sesampainya di jalan desa, aku bertemu dengan Narto, teman yang setia mendengar keluh kesahku..Usianya memang jauh lebih tua dariku, terpaut 8 tahun..
Pada saat kejadian, Narto sedang merantau ke kota Semarang..
Ia disemarang bersama istrinya, namun yang ku tau, ia tak beranak..

"Oi Kang Narto...?"
Sapaku sedikit berteriak...
"Woi...Wah...Sudah keluar kamu ..? Gimana kabarmu geng..???"
Kulihat wajah Narto tersenyum namun agak kaget dimatanya..
Seraya berjabat tangan, terjadilah komunikasi..
"Kabarku baik kang....Akang sendiri gimana...?
"Alhamdulillah baik juga...Ayo, duduk dulu dibawah pohon.."
Ia menawarkan..aku mengiyakan saja, sebab ingin menolak pun segan sekali..
Narto pun membuka bahasan..
"Aku sudah mengetahui semuanya...Aku minta maaf tak bisa membantumu.."
"mmm..Tak apalah kang.."
"Kamu tau tidak...Hampir semua warga disini mempercayai baahwa kamulah pelakunya.."
Jidadku sedikit mengkerut..Sambil bertanya..
"Dan akang percaya..???"
"Aku???Jelas enggak lah geng..Aku tau kamu,,membunuh bukan karaktermu.."
Namun ia menanyakan, mungkin karena penasaran akan kebenarannya..
"Tapi memang bukan kamu tow pelakunya...???
"Terserah akang sajalah...Percaya atau tidak, semuanya sudah aku jalani.....Percuma aku bilang A atau B..Toh, hukuman itu sudah gak berlaku.."
"Iya si geng.."
"Yasudahlah kang,,aku mau pulang dulu..aku ingin bertemu anak istriku.."
Aku berdiri dan berlalu.namun Narto ini memanggilku..
"Sugeng.....!!!!"
Aku menoleh kebelakang..
"Laila ada dirumahku..!!!" sahutnya....
"Lho....kok...???" ...
"Ayo ikuti aku" ajaknya..
Tanpa ku jawab, ku ikuti langkahnya..

Dalam perjalanan, aku bertanya..
"Apa anakku juga ada dirumahmu kang...???"
"Lihat saja nanti..semuanya ada disana..."
Aku bingung,,penasaran,,heran,,kenapa istriku ada dirumah Narto..Tanyaku dalam hati..

Ketika sampai dirumah Narto..
Ia pun mengetuk pintu lalu memanggil...
"Dek...Dek..Dek Laila...."
Hah Dek....??? Sejak kapan Narto memanggil Dek pada istriku..?
Hatiku semakin bertanya-tanya...
Tak lama kemudian..keluarlah Laila, istriku..Dengan mimik muka yang terlihat kaget ketika melihatku..

"Mas Sugeng.....???"

"Iya, ini aku nduk,,Sugeng, suamimu..."
Ia memelukku..menangis ..

"Maafkan aku mas..maafkan..."
Aku tak mengerti ..Ku lepas pelukannya..

"Ada apa tow nduk..Kok kamu nangis...??? Anak kita, Azizah mana...???

Laila terdiam, namun tak menghentikan tangisannya..
Narto lah yg menyahuti...

"Sugeng itu belum tau apa-apa dek..."

"Sebenernya ada apa tow ini...???Aku benar-benar tak mengerti.."

Kulihat raut wajah Narto, juga tampak melas..
"Sudah dek,,kamu saja yang bercerita.." Pinta Narto pada Laila...

Perlahan-lahan....Istriku Laila mulai memaparkan walau tangisnya terus saja terdengar..
"Sebelumnya..Aku minta maaf mas..Semua ini bukan kemauanku,,juga bukan salah mas Narto...
Sejak kejadian itu,,Tak henti-hentinya warga disini mencemooh aku sebagai suami pembunuh..Sehingga tak ada lagi yang memberikan aku pekerjaan..Aku benar-benar tak sanggup mas..Sakit hati ini bila warga menghina keluarga kita..."

Tangisannya semakin menjadi....membuatku turut menangis...

"Hingga saat,,anak kita yang pada waktu itu baru berusia 2 tahun..Meninggal karena aku tak sanggup membeli obat saat ia terus-terusan sakit mas...
Maafkan aku mas...maafkan..
Hidupku semakin tak karuan mas...Aku ingin pergi dari desa ini, namun aku mencoba bertahan disini untuk menunggumu mas..
Beruntung...mas Narto kembali tinggal di desa ini, karena istri mas Narto, meninggal akibat serangan jantung..
Hanya mas Narto yang mengasihani aku mas..Ia sering memberiku nafkah secara diam-diam.."

Narto pun mulai meneteskan airmatanya, yg pertama kali aku lihat sejak mengenalnya..

Aku sungguh tak bisa menyembunyikan tangisanku..

Hingga pada suatu hari..Mas Narto mengajakku menikah karena memang ia tak bisa memberiku nafkah terus menerus, karena bukan haknya untuk menafkahiku..
Dengan tekad hati untuk tetap bertahan menunggumu,,aku menerima ajakan mas Narto untuk menikah..
Mas Sugeng,,sungguh maafkan aku.."

Ia memelukku erat....tangisannya membuat hatiku tak bisa berbuat banyak......

Aku menangis diam tak berdaya...Aku menangis diam tak percaya...

"Jadi sekarang ini kamu menjadi suami Narto...???
Kang Narto...!!! Sejujurnya aku sangat marah padamu..
Kamu telah mengambil istriku.."

"Sugeng..Maafkan aku..Aku tak berniat untuk itu..Pada awalnya semua ini kulakukan demi kehidupan istrimu..Aku memang kasihan melihat keadaannya...Namun seiring berjalannya waktu..maaf mas..Aku telah mencintainya...Maafkan aku mas...maafkan..."

Mendengar semua penjelasan itu,,aku pun merasa tak berhak untukmenyalahkan siapa-siapa..Posisiku lah yg salah..Tak seharusnya aku ada dengan keadaan seperti ini..

Narto menangis..Laila sama saja...
"Laila..Aku yang seharusnya minta maaf,,aku tak bisa membuatmu bahagia..Aku tak bisa menghidupi Azizah.."

Kejadian ini mengutuk masa lalu ku yang kelam..
Kenapa aku tidak berontak saat aku dihadang para Polisi..
Karena memang bukan aku yang membunuh Alm. Pak Kirman..Aku hanya tertuduh oleh istrinya..

Rumah Narto seperti ada yg mati..Semua menangis, tak terkecuali aku...

Lalu aku bertanya pada Laila..
"Dimana kamu memakamkan anak kita...???"

"Makam Azizah ada di samping rumahmu mas.." Sahut Laila dengan tersedu-sedu menahan tangisannya...

" Kang Narto...Aku berterimakasih telah menghidupi laila..Aku minta, tolong kamu jaga istrimu..Jangan lagi buat ia bersedih seperti yang telah aku berikan padanya...Aku merestui kalian..Dan tolong..lupakan aku dari ingatan istrimu...Mencintai Laila adalah mencintai Hidup"

Langsung aku berlari menuju rumahku walau Narto dan Laila terus memanggilku dan mencoba mengejarku,aku tak peduli..Aku ingin menjumpai Makam anakku..Berlari aku sekencang-kencangnya..

Tampak sudah didepan mataku..Nisan bertuliskan "Nurul Azizah"...Kupeluk erat..Seluruh airmata kutumpahkan dimakam itu..
"Maafkan Bapakmu nduk..Bapak gak bisa menghidupi kamu..Jangan salahkan Ibumu nduk..Bapakmu lah yang salah..Bapak memang pantas dijiluki pembunuh..Bapak telah membunuhmu nduk..Maafkan bapak...bapak sayang kamu..bapak sayang Ibumu..Semuanya sudah hilang..Tinggallah Bapak sendiri nduk..Maafkan Bapak.."



**Selesai**